pengalaman mengajar dipulau seberang

 on Kamis, 18 September 2014  

CERITA NARASI GURU SM-3T DI SMP N 2 MENTARANG
DESA LONG PADA KEC. SUNGAI TUBU KAB. MALINAU
KALTARA


Perkenalkaan namaku Dwi Kristiyanto. saya adalah peserta SM-3T angkatan III dari LPTK Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), saya alumni Universitas Negeri Yogyakarta fakultas Ilmu keolahragaan tahun 2013. Tempat asalku dari Wonosobo, Jawa Tengah. Saya memutuskan untuk ikut SM-3T karena Saya ingin sesuatu yang lebih menantang dalam hidupku dan menambah pengalaman. Selain itu, program ini akan memberiku kesempatan untuk mengabdi pada negara melalui pendidikan. Setelah mengikuti runtutan tes seleksi, akhirnya saya lolos dan ditempatkan di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Berikut adalah gambaran kondisi di wilayah penugasan saya

disini saya akan berbagi cerita bagaimana pengabdian saya di pulau seberang yaitu tanah borneo. perjuangan kami mulai tanggal 26 September 2013 dimana kami berlima memulai suatu perjuangan, kami berlima berangkat dari Respen pukul 06.30 menggunakan taksi carteran untuk menuju ke Pulau Sapi karena perahu berangkatnya dari dermaga Pulau Sapi, perjalanan berlangsung selama 45 menit dari respen ke pulau sapi, setelah sampai di pulau sapi kami bertemu dengan pak Brata (Kasubid Disdikpora Malinau), pak Yohanes, Pak Marang derson, pak Jalung lian yang nantinya akan bersama-sama kami berangkat menuju Sungai Tubu. Kami berangkat jam 09.00 WITA menggunakan 2 perahu long boat dari pulau sapi. Sambil menunggu motoris long boat menyiapkan long boat yang akan digunakan, kami menelepon keluarga kami masing-masing karena selepas dari Desa Pulau Sapi, sudah tidak ada lagi sinyal telepon seluler. Motoris adalah orang yang ada di bagian belakang long boat dan bertugas mengendalikan mesin. Selain motoris, ada juga juru batu yaitu orang yang ada di bagian depan long boat yang bertugas membantu motoris memantau keadaan sungai. Keberadaan juru batu sangat membantu motoris karena di sepanjang sungai yang dilalui, terdapat banyak jeram dan bebatuan
           
Pukul 09.00 WITA kami berangkat dari Desa Pulau Sapi menuju Desa Long Pada.  perjalanan diperkirakan 2 hari 1 malam untuk sampai di long pada jika nanti arus di hulu deras dan kondisi air kecil. Kami berdoa bersama terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan untuk meminta pertolongan Tuhan agar diberi keselamatan selama melakukan perjalanan. Ada 2 long boat yang digunakan pada saat itu, dengan 5 orang dari SM-3T, 4 orang dari DISDIKPORA Malinau, 2 orang motoris, dan 2 orang juru batu. Jam demi jam berlalu, sekitar kurang lebih 3 setengah jam perjalanan kami memutuskan untuk istirahat sejenak dan menikmati makan siang.
Untuk sampai ke lokasi ada beberapa rintangan yang harus dilalui yaitu melewati 10 giram tapi ada beberapa yang bahaya dan mengharuskan kami semua untuk turun, yang pertama ada giram seblandung, giramnya sangat deras dan panjang jadi tidak memungkinkan perahu melaju dengan beban yang berat,dan kami disuruh berjalan melewati pinggir sungai dengan melewati semak-semak yang banyak pacetnya. Selanjutnya ada giram seratap, di giram ini tidak hanya penumpang yang turun melainkan barang juga harus diturunkan karena giramnya sangat besar, maka dari itu kami harus mengangkat barang-barang kita melewati pinggir-pinggir sungai yang teksturnya adalah batuan-batuan yang terjal dan licin.

Inilah yang namanya perjuangan mau kelokasi penugasan saja susahnya minta ampun harus seperti ini. Selanjutnya kami beristirahat dulu ditengah-tengah perjalanan tepatnya di daerah kuala rian, dilokasi ini kami harus pindah perahu menggunakan ketinting karena long boat tidak bisa naik sampai ke Sungai Tubu, sebabnya sungainya sempit dan banyak giram yang batunya besar-besar. Dikuala rian kami dijemput menggunakan 4 ketinting nantinya dari situlah kami mulai melanjutkan perjalanannya kembali untuk menuju kelokasi tugas. Akan tetapi, satu ketingting hanya mampu membawa 2 atau 3 penumpang, tergantung dari barang yang dibawa. Di tempat itu, kami tidak membuang waktu dan langsung memindahkan semua barang bawaan dari long boat ke ketingting

  Setelah semua dipindahkan dari long boat ke ketingting, kami langsung melanjutkan perjalanan karena perjalanan masih panjang dan waktu sudah sore. Disini banyak rintangan giram-giram yang berbahaya antara lain giram puak, hauk, lunyik dan masih banyak lagi nama giramnya, kira-kira ada 6 giram berbahaya yang mengharuskan kita untuk turun dan berjalan ditepi sungai. Sekitar pukul 16.00 WITA, hujan mulai turun dan sungai yang kami lalui semakin kecil. Walaupun hujan turun, semua barang bawaan kami termasuk alat elektronik seperti laptop tidak basah karena sudah kami bungkus dengan kantong plastik dan ditutup dengan terpal. Karena jeram semakin banyak dan bebatuan yang besar di tengah sungai, kami semakin sering naik turun perahu, berjalan di pinggiran sungai, menyusuri semak belukar di bawah pepohonan yang besar-besar dan menjulang tinggi. Bahkan ada beberapa jeram di mana ketingting harus diikat dengan tali dan kemudian ditarik karena terlalu berbahaya jika ketingting dijalankan dengan mesin saat melewati jeram-jeram yang berbahaya. Hari sudah mulai gelap, kami belum tahu apakah bisa sampai di lokasi hari itu juga atau harus bermalam di tengah perjalanan dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.

Sekitar pukul 19.15 WITA kami tiba di Long Pada. Kami bersyukur karena perjalanan kami bisa tembus satu hari dan kami semua bisa sampai di tujuan dengan selamat. kami sementara ditempatkan dirumah dinas kepala SD 007 Mentarang yang bernama pak Matius. Ketika awal sampai dilokasi penugasan kami disambut oleh para warga yang membantu membawakan barang-barang kami menuju  lokasi saya singgah dan pastinya di sambut dengan kegelapan karena di lokasi penugasan belum ada listrik. Hari itulah dimana saya memulai pengabdian saya di lokasi penugasan yang disini belum tersedianya listrik, jaringan baik untuk HP maupun internet, ini semua merupakan  pengalaman baru yang saya dapat ketika awal sampai lokasi penugasan, serasa kembali dijawa pada tahun 50-an. Hanya ada sedikit cahaya di Desa ini. Rupanya memang belum ada listrik di sini.
Malam itu, rombongan SM-3T dan DISDIKPORA langsung disambut oleh beberapa tokoh masyarakat desa. Walaupun warga sudah menyiapkan hidangan daging babi untuk para tamunya, namun mereka sudah tahu jika 5 guru SM-3T yang datang tidak makan babi, sehingga mereka juga menyiapkan hidangan lain yaitu ikan bakar. Dari sini, aku tahu bahwa warga Desa Long Pada sudah bisa menghargai perbedaan keyakinan. Setelah menyantap hidangan yang disediakan dan sedikit mengobrol dengan rombongan DISDIKPORA dan tokoh adat setempat, selanjutnya kami langsung beristirahat.
Pagi pun tiba saya bangun sekitar pukul 05.00 WITA dan menikmati udara segar di Long Pada, udaranya dingin dan sejuk karena lokasi ini masih sangat alami. Pagi itupun saya menyempatkan diri keliling-keliling Desa Long Pada, rupanya desanya kecil dan masih sedikit pemukiman daerahnya juga bertekstur terjal berbukit-bukit

DI lokasi tugas saya tidak ada kantor polisi, kodim, ataupun rumah sakit apalagi fasilitas yang lainnya adanya hanya PUSTU (Puskesmas Pembantu) yang didalamnya ada 2 Bidan dan 1 perawat yang menangani, lalu kantor kecamatan dan yang paling saya sayangkan yaitu tidak adanya masjid, jadi selama kami di lokasi penugasan tidak pernah melaksanakan sholat jum’at. Dipagi hari itu juga kami dikasih ayam untuk dipotong, jujur belum pernah saya memotong ayam, sayapun berdo’a sebisanya untuk menyembelih ayam tersebut, yang penting ayamnya halal untuk dimakan. Kalau disini mayoritas beragama kristen jadi kalau mau makan ayam tidak disembelih tetapi ditembak menggunakan senapan angin, setelah menyembelih ayam lalu ayam tersebut saya serahkan ke warga untuk dimasak.
Pukul 09.00 WITA kami dikumpulkan di sebuah perpustakaan SD 007 Mentarang untuk melaksanakan rapat dan perkenalan kepada seluruh warga yang diwakili oleh aparat desa, Disela-sela rapat kami disuruh memperkenalkan diri kepada warga, aparat desa, dan pegawai kecamatan juga.
           
Rapat dilaksanakan mulai pukul 09.00 sampai pukul 11.00 waktu setempat, setelah itu kami disuguhkan masakan yang rasanya hambar, namun kami tak berfikir banyak langsung santap saja, karena memang lapar juga. Selesai rapat kami memindah-mindah barang menuju ke rumah dinas kami, kami ditempatkan di rumah dinas kecamatan karena SMP N 2 Mentarang belum mempunyai rumah dinas untuk guru sendiri. Awal masuk rumah dinas kamipun disambut dengan bau yang tidak sedap di rumah dinas kami yaitu bau amis dan lain-lain, karena memang lama tempat ini tidak dihuni, Adapun ruangan-ruangan yang ada yaitu dua kamar dan sebuah ruangan agak lebar  saja, banyak jendela yang pecah, dan didalamnya tidak ada kamar mandi/WC. Kami berlima bergegas membersihkan tempat tersebut dan membetulkan tempat-tempat yang rusak ini merupakan pengalaman pertama saya menukang.

Kami memnfaatkan ruangan depan sebagai dapur untuk masak dan sebelahnya untuk sholat,satu kamar untuk meletakkan barang-barang  kami dan satu kamar untuk tidur, jadi kesimpulannya tidur satu kamar untuk berlima, kami tidur hanya beralaskan tikar dan berbantal bantal tiup serta kelambu agar tidak digigiti agas (nyamuk kecil). Di mess kami juga tidak ada kamar mandi atau WC jadi kalau mau mandi dan buang air kami harus menuju ke sungai.

Dihari kedua di lokasi penugasan, kami belum sempat menuju melihat sekolah karena kami banyak kegiatan yang perlu diselesaikan, malam harinya saya dan teman saya pun pergi rapat untuk membahas jadwal pelajaran dan lain-lain dengan kepala sekolah dan satu guru yang mengampu Mapel matematika di SMP N 2 Mentarang, mengapa rapatnya dilaksanakan malam hari karena kepala sekolah besok pagi akan pergi ke malinau untuk melanjutkan pelatihan kepala sekolah jadi rapatnya harus hari itu juga, rapat dilaksanakan dirumah guru matematika, disitu gelap gulita hanya bercahayakan lilin. Malam semakin larut rapatpun selesai dan kami berdua bergegas pulang untuk istirahat.
            Tanggal 28 September 2013 tepatnya hari sabtu dimana hari pertama masuk sekolah untuk guru SM-3T, semua siswa SMA N 12 Malinau dan SMP N 2 Mentarang nampak antusias datang ke sekolah meski beberapa di antara mereka datang tanpa bersepatu. Alamat SMPN 2 Mentarang berada di jln pendidikan, RT III, Desa Long Pada. Sekolah ini berdiri pada tanggal 26 Juni tahun 2010. Pada tahun akademik 2013/2014 SMP Negeri 2 Mentarang memiliki jumlah siswa sebanyak 56 siswa terdiri atas 20 siswa perempuan dan 36 siswa laki-laki. Tenaga pengajar terdiri dari 6 tenaga pengajar (guru) dan 1 kepala sekolah. SMP Negeri 2 Mentarang telah meluluskan dua angkatan pada tahun 2013 dengan pencapaian tingkat kelulusan Ujian Nasional 100 % sedangkan pada tahun 2014 mampu meluluskan 12 siswa dari 13 siswa yang ada. Masing-masing kelas di SMP N 2 Mentarang sudah memiliki bangku dan kursi yang lengkap, papan tulis, kursi, dan meja guru didalam ruang kelas,kelas yang ada di SMP N 2 Mentarang terdiri atas 3 kelas yaitu kelas VII, VIII, IX. Untuk sarana prasarana yang belum ada meliputi kantor guru dan perpustakaan sehingga untuk sementara ini masih bersatu dengan kelas IX yang hanya bersekatkan terpal, untuk WC, ruang praktek/ laboraturium, dan gudang tidak ada. Gedung sekolah SMP N 2 Mentarang digunakan pada waktu pagi dan sore hari, untuk pagi hari digunakan oleh anak SMP sedangkan sore hari digunakan siswa SMA. Selain tidak punya gedung SMA N 12 Malinau juga belum memiliki satu pun dewan guru maupun staf Tata Usaha, jadi selain kepala sekolah, guru dari SM-3T lah yang menjalankan atau mengelola sekolah ini selama satu tahun ke depan. Walaupun di SK penugasan saya guru SMP tapi ke lokasi saya mengampu 2 sekolah yaitu SMP dan SMA.
           

            Agenda pada hari pertama masuk sekolah untuk guru SM3T adalah serah terima jabatan Kepala Sekolah SMP N 2 Mentarang dari Kepala Sekolah yang lama yaitu Pak Elison ke Kepala Sekolah yang baru yaitu Ibu Dewi Oliviyana. Selain itu, agenda lainnya adalah perkenalan 5 guru SM-3T dengan siswa SMP N 2 Mentarang dan siswa SMA N 12 Malinau.

Desa Long Pada adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sungai Tubu Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Desa ini adalah pusat pemerintahan Kecamatan Sungai Tubu. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa, yaitu Long Pada, Long Ranau, Long Titi, Long Nyau, dan Rian Tubu. Desa Long Pada dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama Faridan Liwah. Warga desa ini hanya berjumlah sekitar 206 jiwa. Jumlah rumah di desa ini pun hanya sekitar 25 rumah. Di Desa Long Pada sudah ada kantor kecamatan, 1 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Atas, 1 Puskesmas pembantu (Pustu), dan sebuah gereja.
Semua warga Desa Long Pada adalah Dayak Punan. Sebelum menetap di Desa Long Pada, mereka hidup berpindah-pindah mengikuti ke mana alam menyediakan makanan untuk mereka. Seiring berjalannya waktu, pemerintah menemukan mereka dan membuatkan sebuah pemukiman yang sekarang menjadi Desa Long Pada. Akses dari kota yang terlalu jauh dan sulit membuat perhatian pemerintah pada warga Desa Long Pada masih kurang. Sampai hari ini, mereka bertahan hidup dengan cara berburu. Hasil buruan mereka yang utama adalah babi hutan. Selain babi, mereka juga berburu binatang lain seperti rusa, kijang, monyet, dan bahkan ular. Senjata yang mereka gunakan untuk berburu adalah tombak dan parang. Mereka biasa dibantu oleh anjing-anjing mereka saat berburu. Jika seorang pemburu mendapatkan seekor babi yang besar, dia akan membagikan hasil buruannya ke para tetangga, begitulah cara mereka berbagi.

Banyak pengalaman atau hal baru yang saya temukan disini baik dari pola kehidupan maupun kondisi orang-orang setempat yang membuatku memahami bagaimana pentingnya kebersamaan dan hidup bersosialisasi. Di long pada tidak ada yang namanya kendaraan, disini yang ada hanya perahu ketinting jadi kalau kita mau kemana-mana harus jalan kaki naik gunung turun gunung, hal tersebut saya lakukan ketika saya hendak mencari kayu bakar kalau tidak cari sayuran untuk makan dan kegiatan itu rutin saya lakukan hamper setiap hari ketika sepulang dari sekolah. Cara masak kami disini menggunakan kayu bakar karena disini tidak ada yang namanya kompor gas, ada sebenarnya kompor minyak tanah tapi minyak tanahnya yang sulit dicari. Makanan tiap hari yang kami makan adalah daun singkong kadang singkongnya kami makan kalau kami sedang kekurangan makanan pokok khususnya beras, tapi kami disana menanam sayuran agar makanan yang kami makan dapat bervariasi, sayur yang kami tanam antara lain caisim, kacang, kangkung, jagung, lombok, terong, gambas dan bumbu-bumbu dapur semua itu kami tanam sendiri karena disini tidak ada penjual, kalau kami mau beli logistik harus ke kota. Pada saat mencari kayu bakar atau sayur saya selalu membawa anak murid saya untuk membantu karena mereka handal-handal kalau urusan masuk hutan. Dari situ semua saya belajar pentingnya kerjasama dan bagaimana caranya beradaptasi dengan lingkungan yang sedang kita pijak.

Hal lain yang dapat saya pelajari adalah pentingnya bergotong royong, khusnya di long pada para masyarakatnya masih menjunjung tinggi gotong royong, hal ini banyak terlihat ketika mau ada acara umum, selain itu juga ketika guru membutuhkan pertolongan mereka juga berbondong-bondong membantu, tetapi ada juga kelemahannya orang-orang Long Pada kurang bisa berkomunikasi dengan baik dengan pendatang, karena faktor bahasa yang mempengaruhi. Para warga juga menghormati dan menghargai guru, hal tersebut terlihat ketika berpapasan atau jika ada acara apa guru selalu dilibatkan. ketika saya bermain sepakbola pun mereka juga sangat merhargai saya, dari olahraga satu ini saya mampu berbaur, bersatu, dan bersosialissi dengan masyarakat.

Pengalaman dari kegiatan belajar mengajar banyak saya temukan disini misalnya dari kondisi anak didiknya, dalam mengajar anak didik di SMP N 2 Mentarang kita harus memiliki kesabaran yang ekstra, Banyak di antara siswa kami yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk belajar. Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan sudah menjadi hal yang biasa di sini. Bahkan ada yang tidak masuk sekolah sampai berhari-hari karena harus berburu, membantu orang tua berladang atau masuk ke hutan untuk mencari pohon gaharu atau rotan. Kami para guru di sini tidak bisa begitu saja mengambil tindakan berupa hukuman karena kami ingin mereka semua tetap bersekolah walaupun sering tidak masuk. Awalnya saya sempat stres dengan kondisi anak-anak disini sampai berfikir mau saya apakan anak-anak disini, sudang jarang masuk sekolah dan disuruh hitung belum bisa, baca belum lancar, setiap ulangan tidak pernah lepas dengan yang namanya remidi, tapi saya menyadari inilah perjuangan dan ini adalah tugas saya bagaimana mampu mencerdasakan anak bangsa. Tiap hari saya ajari terkait materi-materi yang mereka rasa sangat sulit, saya didik terkait kesopanan juga, tiap hari saya marahi untuk bertingkah laku yang benar, tiap hari saya motivasi, saya tuntut untuk selalu belajar- belajar dan belajar, seiring berjalannya waktu mereka pun mulai ada perubahan di segi akademik yang dibuktikan dengan hasil belajar mereka yang dapat dibilang lebih baik dari pada yang sebelumnya, itu adalah kelemahan mereka di segi akademik. Namun dibalik kelemahan pastinya ada kelebihan. Apa sih kelebihan mereka, kelebihan mereka adalah di bidang non akademik atau olahraga, mereka jago di sepakbola dan bola voli buktinya mereka mampu juara 1 di sepakbola dan juara 2 di bola voli untuk laki-laki, sedangkan yang perempuan juara 2 dan 3 di cabang bola voli, ditingkat kecamatan. ini menandakan mereka punya kelebihan dan itu juga menjadi pekerjaan rumah saya karena saya sebagai guru olahraga jadi harus membuat mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Di SMP 2 Mentarang dan SMA 12 Malinau saya mengampu ekstrakurikuler olahraga baik sepakbola maupun bolavoli. Selain pengalaman tadi di atas saya juga banyak mendapat pengalaman baru di mapel yang bukan bidang saya antara lain IPS, Seni budaya, matematika dan Bahasa Indonesia bahkan pernah mengajar pelajaran agama Kristen disitu saya hampir mengajar 30 jam per minggu karena terkadang guru mapel tersebut sedang tidak dilokasi selama berbuan-bulan jadi pelajaran tersebut diampu oleh guru lain mapel. Di bidang kurikulum dan kesiswaan saya juga ikut berperan, mulai dari pembuatan jadwal, pengurusan organisasi kelas, presesi dan lain sebagainya yang telah saya kerjakan.

pengalaman mengajar dipulau seberang 4.5 5 Oscar konveksi dan tailor Kamis, 18 September 2014 CERITA NARASI GURU SM-3T DI SMP N 2 MENTARANG DESA LONG PADA KEC. SUNGAI TUBU KAB. MALINAU KALTARA Perkenalkaan namaku Dwi Kris...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.