CERITA NARASI GURU SM-3T DI SMP N 2 MENTARANG
DESA LONG PADA KEC. SUNGAI TUBU KAB. MALINAU
KALTARA
Perkenalkaan namaku Dwi Kristiyanto. saya
adalah peserta SM-3T angkatan III dari LPTK Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), saya alumni Universitas Negeri Yogyakarta fakultas Ilmu keolahragaan
tahun 2013. Tempat asalku dari Wonosobo, Jawa Tengah. Saya
memutuskan untuk ikut SM-3T karena Saya ingin
sesuatu yang lebih menantang dalam hidupku
dan menambah pengalaman. Selain itu, program ini akan memberiku kesempatan untuk mengabdi pada
negara melalui pendidikan. Setelah mengikuti runtutan
tes seleksi, akhirnya saya lolos dan ditempatkan di Kabupaten Malinau,
Kalimantan Utara. Berikut adalah gambaran kondisi di wilayah
penugasan saya
disini saya akan berbagi cerita bagaimana pengabdian saya di pulau seberang yaitu tanah borneo. perjuangan kami mulai tanggal 26 September 2013 dimana kami berlima memulai suatu
perjuangan, kami berlima berangkat dari Respen pukul 06.30 menggunakan taksi
carteran untuk menuju ke Pulau Sapi karena perahu berangkatnya dari dermaga Pulau Sapi, perjalanan
berlangsung selama 45 menit dari respen ke pulau sapi, setelah sampai di pulau
sapi kami bertemu dengan pak Brata (Kasubid Disdikpora Malinau), pak Yohanes,
Pak Marang derson, pak Jalung lian yang nantinya akan bersama-sama kami
berangkat menuju Sungai Tubu. Kami berangkat jam 09.00 WITA menggunakan 2
perahu long boat dari pulau sapi. Sambil
menunggu motoris long boat menyiapkan long boat yang akan digunakan, kami
menelepon keluarga kami masing-masing karena selepas dari Desa Pulau Sapi,
sudah tidak ada lagi sinyal telepon seluler. Motoris adalah orang yang ada di
bagian belakang long boat dan bertugas mengendalikan mesin. Selain motoris, ada
juga juru
batu yaitu orang yang ada di bagian depan long boat yang bertugas membantu
motoris memantau keadaan sungai. Keberadaan juru batu sangat membantu motoris
karena di sepanjang sungai yang dilalui, terdapat banyak jeram dan bebatuan
Pukul 09.00 WITA kami berangkat dari Desa Pulau
Sapi menuju Desa Long Pada. perjalanan diperkirakan 2 hari 1 malam untuk sampai di long pada jika nanti arus di hulu deras dan kondisi air kecil. Kami berdoa bersama terlebih dahulu sebelum memulai
perjalanan untuk meminta pertolongan Tuhan agar diberi keselamatan selama
melakukan perjalanan. Ada 2 long boat yang digunakan pada saat itu, dengan 5
orang dari SM-3T, 4 orang dari DISDIKPORA Malinau, 2 orang motoris, dan 2 orang
juru batu. Jam demi jam
berlalu, sekitar kurang lebih 3 setengah jam perjalanan kami memutuskan untuk
istirahat sejenak dan menikmati makan siang.
Untuk sampai ke lokasi ada beberapa rintangan yang harus dilalui yaitu
melewati 10 giram tapi ada beberapa yang bahaya dan mengharuskan kami semua
untuk turun, yang pertama ada giram seblandung, giramnya sangat deras
dan panjang jadi tidak
memungkinkan perahu melaju dengan beban yang berat,dan kami disuruh berjalan
melewati pinggir sungai dengan melewati semak-semak yang banyak pacetnya. Selanjutnya ada giram seratap,
di giram ini tidak hanya penumpang yang turun melainkan barang juga harus
diturunkan karena giramnya sangat besar, maka dari itu kami harus mengangkat
barang-barang kita melewati pinggir-pinggir sungai yang teksturnya adalah batuan-batuan
yang terjal dan licin.
Inilah yang namanya perjuangan mau kelokasi penugasan saja
susahnya minta ampun harus seperti ini. Selanjutnya kami beristirahat dulu ditengah-tengah
perjalanan tepatnya di daerah kuala rian, dilokasi ini kami harus pindah perahu
menggunakan ketinting karena long boat tidak bisa naik sampai ke Sungai Tubu,
sebabnya sungainya sempit dan banyak giram yang batunya besar-besar. Dikuala
rian kami dijemput menggunakan 4 ketinting nantinya dari situlah kami mulai melanjutkan perjalanannya
kembali
untuk menuju kelokasi tugas.
Akan
tetapi, satu ketingting hanya mampu membawa 2 atau 3 penumpang, tergantung dari
barang yang dibawa. Di tempat itu, kami tidak membuang waktu dan langsung
memindahkan semua barang bawaan dari long boat ke ketingting
Setelah semua dipindahkan dari long boat ke ketingting,
kami langsung melanjutkan perjalanan karena perjalanan masih panjang dan waktu
sudah sore. Disini banyak
rintangan giram-giram yang berbahaya antara lain
giram puak, hauk, lunyik dan masih banyak lagi nama giramnya, kira-kira ada 6
giram berbahaya yang mengharuskan kita untuk turun dan berjalan ditepi sungai. Sekitar pukul 16.00 WITA, hujan mulai
turun dan sungai yang kami lalui semakin kecil. Walaupun hujan turun, semua
barang bawaan kami termasuk alat elektronik seperti laptop tidak basah karena
sudah kami bungkus dengan kantong plastik dan ditutup dengan terpal. Karena
jeram semakin banyak dan bebatuan yang besar di tengah sungai, kami semakin sering naik turun perahu, berjalan di
pinggiran sungai, menyusuri semak belukar di bawah pepohonan yang besar-besar
dan menjulang tinggi. Bahkan ada beberapa jeram di mana ketingting harus diikat
dengan tali dan kemudian ditarik karena terlalu berbahaya jika ketingting
dijalankan dengan mesin saat melewati jeram-jeram yang berbahaya. Hari sudah mulai gelap, kami belum
tahu apakah bisa sampai di lokasi hari itu juga atau harus bermalam di tengah
perjalanan dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Sekitar
pukul 19.15
WITA kami tiba di Long
Pada.
Kami bersyukur karena perjalanan kami bisa tembus satu hari dan kami semua bisa
sampai di tujuan dengan selamat. kami
sementara ditempatkan dirumah dinas kepala SD 007 Mentarang yang bernama pak
Matius. Ketika awal sampai dilokasi penugasan kami disambut oleh para warga
yang membantu membawakan barang-barang kami menuju lokasi saya singgah dan pastinya di sambut
dengan kegelapan karena di lokasi penugasan belum ada listrik. Hari itulah
dimana saya memulai pengabdian saya di lokasi penugasan yang disini belum
tersedianya listrik, jaringan baik untuk HP maupun internet, ini semua
merupakan pengalaman baru yang saya
dapat ketika awal sampai lokasi penugasan, serasa kembali dijawa pada tahun
50-an. Hanya ada sedikit cahaya di Desa ini. Rupanya memang belum ada listrik
di sini.
Malam itu, rombongan SM-3T
dan DISDIKPORA langsung disambut oleh beberapa tokoh masyarakat desa. Walaupun
warga sudah menyiapkan hidangan daging babi untuk para tamunya, namun mereka
sudah tahu jika 5 guru SM-3T yang datang tidak makan babi, sehingga mereka juga
menyiapkan hidangan lain yaitu ikan bakar. Dari sini, aku tahu bahwa warga Desa
Long Pada sudah bisa menghargai perbedaan keyakinan. Setelah menyantap hidangan
yang disediakan dan sedikit mengobrol dengan rombongan DISDIKPORA dan tokoh
adat setempat, selanjutnya kami
langsung beristirahat.
Pagi pun tiba saya bangun
sekitar pukul 05.00 WITA dan
menikmati udara segar di Long Pada, udaranya dingin dan sejuk karena lokasi ini
masih sangat alami. Pagi itupun saya menyempatkan diri keliling-keliling Desa
Long Pada, rupanya desanya kecil dan masih sedikit pemukiman daerahnya juga
bertekstur terjal berbukit-bukit
DI lokasi tugas saya tidak ada kantor
polisi, kodim, ataupun
rumah sakit apalagi fasilitas
yang lainnya adanya
hanya
PUSTU (Puskesmas
Pembantu) yang didalamnya ada 2 Bidan dan 1 perawat yang menangani, lalu kantor kecamatan dan yang paling
saya sayangkan yaitu tidak adanya masjid, jadi selama kami di lokasi penugasan
tidak pernah melaksanakan sholat jum’at. Dipagi hari itu juga kami dikasih ayam
untuk dipotong, jujur belum pernah saya memotong ayam, sayapun berdo’a
sebisanya untuk menyembelih ayam tersebut, yang penting ayamnya halal untuk
dimakan. Kalau disini mayoritas beragama kristen jadi kalau mau makan ayam
tidak disembelih tetapi ditembak menggunakan senapan angin, setelah menyembelih
ayam lalu ayam tersebut saya serahkan ke warga untuk dimasak.
Pukul 09.00 WITA kami
dikumpulkan di sebuah perpustakaan SD 007 Mentarang untuk melaksanakan rapat
dan perkenalan kepada seluruh warga yang diwakili oleh aparat desa, Disela-sela
rapat kami disuruh memperkenalkan diri kepada warga, aparat desa, dan pegawai
kecamatan juga.
Rapat
dilaksanakan mulai pukul 09.00 sampai pukul 11.00 waktu setempat, setelah itu
kami disuguhkan masakan yang rasanya hambar, namun kami tak berfikir banyak langsung santap saja,
karena memang lapar juga. Selesai rapat kami memindah-mindah barang menuju ke
rumah dinas kami, kami ditempatkan di rumah dinas kecamatan karena SMP N 2
Mentarang belum mempunyai rumah dinas untuk guru sendiri. Awal masuk rumah
dinas kamipun disambut dengan bau yang tidak sedap di rumah dinas kami yaitu
bau amis dan lain-lain, karena memang lama tempat ini tidak dihuni, Adapun ruangan-ruangan yang ada
yaitu dua kamar dan sebuah ruangan agak lebar
saja, banyak jendela yang pecah, dan didalamnya tidak ada kamar
mandi/WC. Kami berlima bergegas membersihkan tempat tersebut dan membetulkan
tempat-tempat yang rusak ini merupakan pengalaman pertama saya menukang.
Kami memnfaatkan ruangan depan sebagai
dapur untuk masak dan sebelahnya
untuk sholat,satu kamar untuk meletakkan barang-barang kami dan satu kamar untuk tidur, jadi
kesimpulannya tidur satu kamar untuk berlima, kami tidur hanya beralaskan tikar
dan berbantal bantal tiup serta kelambu agar tidak digigiti agas (nyamuk
kecil). Di mess kami juga tidak ada kamar mandi atau WC jadi kalau mau mandi
dan buang air kami harus menuju ke sungai.
Dihari kedua di lokasi penugasan, kami belum sempat menuju
melihat sekolah karena kami banyak kegiatan yang perlu diselesaikan, malam
harinya saya dan teman saya pun pergi rapat untuk membahas jadwal pelajaran dan lain-lain dengan
kepala sekolah dan satu guru yang mengampu Mapel matematika di SMP N 2 Mentarang, mengapa rapatnya
dilaksanakan malam hari karena kepala sekolah besok pagi akan pergi ke malinau
untuk melanjutkan pelatihan kepala sekolah jadi rapatnya harus hari itu juga,
rapat dilaksanakan dirumah guru matematika, disitu gelap gulita hanya
bercahayakan lilin. Malam semakin larut rapatpun selesai dan kami berdua
bergegas pulang untuk istirahat.
Tanggal 28 September 2013 tepatnya hari sabtu dimana hari pertama masuk sekolah untuk guru SM-3T, semua siswa SMA N 12
Malinau dan SMP N 2 Mentarang nampak antusias datang ke sekolah meski beberapa
di antara mereka datang tanpa bersepatu. Alamat SMPN 2 Mentarang berada di
jln pendidikan, RT III, Desa Long Pada. Sekolah ini berdiri pada tanggal 26
Juni tahun 2010. Pada tahun akademik 2013/2014 SMP Negeri 2 Mentarang memiliki
jumlah siswa sebanyak 56 siswa terdiri atas 20 siswa perempuan dan 36 siswa
laki-laki. Tenaga pengajar terdiri dari 6 tenaga pengajar (guru) dan 1 kepala
sekolah. SMP Negeri 2 Mentarang telah
meluluskan dua angkatan pada tahun 2013 dengan pencapaian tingkat kelulusan
Ujian Nasional 100 % sedangkan pada tahun 2014 mampu meluluskan 12 siswa dari
13 siswa yang ada. Masing-masing
kelas di SMP N 2 Mentarang sudah memiliki bangku dan kursi yang lengkap, papan
tulis, kursi, dan meja guru didalam ruang kelas,kelas yang ada di SMP N 2
Mentarang terdiri atas 3 kelas yaitu kelas VII, VIII, IX. Untuk sarana
prasarana yang belum ada meliputi kantor guru dan perpustakaan sehingga untuk
sementara ini masih bersatu dengan kelas IX yang hanya bersekatkan terpal, untuk
WC, ruang praktek/ laboraturium, dan gudang tidak ada. Gedung sekolah SMP N 2 Mentarang digunakan pada waktu
pagi dan sore hari, untuk pagi hari digunakan oleh anak SMP sedangkan sore hari
digunakan siswa SMA. Selain tidak punya gedung
SMA N 12 Malinau juga
belum memiliki satu pun dewan guru maupun staf Tata Usaha, jadi selain kepala sekolah, guru dari SM-3T lah yang
menjalankan atau mengelola sekolah ini selama satu tahun ke depan. Walaupun di SK penugasan saya guru SMP tapi ke lokasi
saya mengampu 2 sekolah yaitu SMP dan SMA.
Agenda pada hari pertama masuk sekolah untuk guru SM3T
adalah serah terima jabatan Kepala Sekolah SMP N 2 Mentarang dari Kepala
Sekolah yang lama yaitu Pak Elison ke Kepala Sekolah yang baru yaitu Ibu Dewi
Oliviyana. Selain
itu, agenda lainnya adalah perkenalan 5 guru SM-3T dengan siswa SMP N 2
Mentarang dan siswa SMA N 12 Malinau.
Desa
Long Pada adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sungai Tubu Kabupaten
Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Desa ini adalah pusat pemerintahan Kecamatan
Sungai Tubu. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa, yaitu Long Pada, Long Ranau,
Long Titi, Long Nyau, dan Rian Tubu. Desa Long Pada dipimpin oleh seorang
kepala desa yang bernama Faridan Liwah. Warga desa ini hanya berjumlah sekitar 206 jiwa. Jumlah rumah di desa ini pun hanya sekitar
25 rumah. Di Desa Long Pada sudah ada kantor kecamatan, 1 Sekolah Dasar, 1
Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Atas, 1 Puskesmas pembantu (Pustu), dan sebuah gereja.
Semua warga Desa Long Pada
adalah Dayak Punan. Sebelum menetap di Desa Long Pada, mereka hidup
berpindah-pindah mengikuti ke mana alam menyediakan makanan untuk mereka.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah menemukan mereka dan membuatkan sebuah
pemukiman yang sekarang menjadi Desa Long Pada. Akses dari kota yang terlalu
jauh dan sulit membuat perhatian pemerintah pada warga Desa Long Pada masih
kurang. Sampai hari ini, mereka bertahan hidup dengan cara berburu. Hasil
buruan mereka yang utama adalah babi hutan. Selain babi, mereka juga berburu
binatang lain seperti rusa, kijang, monyet, dan bahkan ular. Senjata yang
mereka gunakan untuk berburu adalah tombak dan parang. Mereka biasa dibantu
oleh anjing-anjing mereka saat berburu. Jika seorang pemburu mendapatkan seekor
babi yang besar, dia akan membagikan hasil buruannya ke para tetangga,
begitulah cara mereka berbagi.
Banyak pengalaman atau hal
baru yang saya
temukan disini baik dari pola kehidupan maupun kondisi orang-orang setempat
yang membuatku memahami bagaimana pentingnya kebersamaan dan hidup
bersosialisasi. Di long pada tidak ada yang namanya kendaraan, disini yang ada
hanya perahu ketinting jadi kalau kita mau kemana-mana harus jalan kaki naik gunung
turun gunung, hal tersebut saya lakukan ketika saya hendak mencari kayu bakar
kalau tidak cari sayuran untuk makan dan kegiatan itu rutin saya lakukan hamper setiap hari ketika sepulang
dari sekolah. Cara masak kami disini menggunakan kayu bakar karena
disini tidak ada yang namanya kompor gas, ada sebenarnya kompor minyak tanah
tapi minyak tanahnya yang sulit dicari. Makanan tiap hari yang kami makan
adalah daun singkong kadang singkongnya kami makan kalau kami sedang kekurangan
makanan pokok khususnya beras, tapi kami disana menanam sayuran agar makanan
yang kami makan dapat bervariasi, sayur yang kami tanam antara lain caisim,
kacang, kangkung, jagung, lombok,
terong, gambas dan bumbu-bumbu dapur semua itu kami tanam sendiri
karena disini tidak ada penjual, kalau kami mau beli logistik harus ke kota. Pada saat mencari kayu bakar
atau sayur saya selalu membawa anak murid saya untuk membantu karena mereka
handal-handal kalau urusan masuk hutan. Dari situ semua saya belajar pentingnya
kerjasama dan bagaimana caranya beradaptasi dengan lingkungan yang sedang kita
pijak.
Hal lain yang dapat saya
pelajari adalah pentingnya bergotong royong, khusnya di long pada para
masyarakatnya masih menjunjung tinggi gotong royong, hal ini banyak terlihat
ketika mau ada acara umum, selain itu juga ketika guru membutuhkan pertolongan
mereka juga berbondong-bondong membantu, tetapi ada juga kelemahannya
orang-orang Long Pada kurang bisa berkomunikasi dengan baik dengan pendatang,
karena faktor bahasa yang mempengaruhi. Para warga juga menghormati dan
menghargai guru, hal tersebut terlihat ketika berpapasan atau jika ada acara
apa guru selalu dilibatkan. ketika saya bermain sepakbola pun mereka juga sangat
merhargai saya, dari olahraga satu ini saya mampu berbaur, bersatu, dan bersosialissi dengan masyarakat.
Pengalaman dari kegiatan
belajar mengajar banyak saya temukan disini misalnya dari kondisi anak
didiknya, dalam mengajar anak
didik di SMP N 2 Mentarang kita harus memiliki kesabaran yang ekstra, Banyak
di antara siswa kami yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk belajar.
Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan sudah menjadi hal yang biasa di
sini. Bahkan ada yang tidak masuk sekolah sampai berhari-hari karena harus
berburu, membantu orang
tua berladang atau masuk ke hutan untuk mencari pohon gaharu atau
rotan. Kami para guru di sini tidak bisa begitu saja mengambil tindakan berupa
hukuman karena kami ingin mereka semua tetap bersekolah walaupun sering tidak
masuk. Awalnya
saya sempat
stres dengan kondisi anak-anak disini sampai berfikir mau saya apakan anak-anak
disini, sudang jarang
masuk sekolah dan disuruh hitung belum bisa, baca belum
lancar, setiap ulangan tidak pernah lepas dengan yang namanya remidi, tapi saya
menyadari inilah perjuangan dan ini adalah tugas saya bagaimana mampu
mencerdasakan anak bangsa. Tiap hari saya ajari terkait materi-materi yang mereka rasa sangat
sulit, saya didik terkait kesopanan juga, tiap hari saya marahi
untuk bertingkah laku yang benar, tiap hari saya motivasi, saya tuntut untuk
selalu belajar- belajar dan belajar, seiring berjalannya waktu mereka pun mulai ada
perubahan di segi akademik yang dibuktikan dengan hasil belajar mereka yang
dapat dibilang lebih baik dari pada yang sebelumnya, itu adalah kelemahan
mereka di segi akademik.
Namun dibalik
kelemahan pastinya ada kelebihan. Apa sih kelebihan mereka, kelebihan mereka
adalah di bidang non akademik atau olahraga, mereka jago di sepakbola dan bola
voli buktinya mereka mampu juara 1 di sepakbola dan juara 2 di bola voli untuk
laki-laki, sedangkan yang perempuan juara 2 dan 3 di cabang bola voli, ditingkat kecamatan. ini menandakan
mereka punya kelebihan dan itu juga menjadi pekerjaan rumah saya karena saya
sebagai guru olahraga jadi harus membuat mereka menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Di SMP 2 Mentarang dan SMA 12 Malinau saya mengampu ekstrakurikuler
olahraga baik sepakbola maupun bolavoli. Selain pengalaman tadi di atas saya
juga banyak mendapat pengalaman baru di mapel yang bukan bidang saya antara
lain IPS, Seni budaya, matematika dan Bahasa Indonesia bahkan pernah mengajar pelajaran agama Kristen disitu
saya hampir mengajar 30 jam per minggu karena terkadang guru mapel tersebut
sedang tidak dilokasi selama
berbuan-bulan jadi pelajaran tersebut diampu oleh guru lain mapel. Di
bidang kurikulum dan kesiswaan saya juga ikut berperan, mulai dari pembuatan
jadwal, pengurusan organisasi kelas, presesi dan lain sebagainya yang telah
saya kerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar